Beranda | Artikel
Cara Salafus Shalih Menyambut Ramadhan
Kamis, 29 Mei 2014

shiyam

oleh : Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah

Syaikh al-Fauzan pernah ditanya :

ما هو حال السلف الصالح -رضي الله عنهم ورحمهم- في استقبال هذا الشهر العظيم؟ كيف كان هديهم؟ وكيف كان سمتهم ودلهم؟ وكيف يكون استعداد المسلم لاغتنام هذه الليالي التي هو الآن يعيشها، وهذه الأيام؟ الاستعداد العلمي بمعرفة أحكام الصيام، ومعرفة المفطرات، ومعرفة أحكامه، وبعض الناس يغفل عن هذه الأشياء فلا يتفقه في أمر الصيام، وأيضًا لا يتفقه الفقه الواجب في أمر الصيام، فهل ينبه الشيخ -حفظه الله- على هذا الأمر؟

Bagaimanakah keadaan salafus shalih –radhiyallahu’anhum wa rahimahum– dalam menyambut bulan yang agung ini? Bagaimanakah bimbingan mereka? Bagaimanakah kebiasaan dan sikap mereka?

Bagaimanakah seorang muslim mempersiapkan dirinya agar bisa memanfaatkan waktu-waktu malam yang sekarang dijalani olehnya demikian pula siang harinya? Yaitu persiapan dalam hal ilmu dengan mengetahui hukum-hukum puasa, mengetahui hal-hal yang membatalkannya, mengenali hukum-hukumnya.

Karena sebagian orang lalai dari perkara-perkara ini, sehingga tidak mendalami hukum seputar puasa dan juga tidak berusaha memahami ilmu yang wajib dalam masalah puasa, apakah Syaikh hafizhahullah berkenan untuk memberikan nasihat berkaitan dengan hal ini?

Setelah membaca bismillah dan menjawab salam, beliau menjawab :

حالة السلف في شهر رمضان حالة السلف كما هو مدون في الكتب المروية بأسانيد الثقات عنهم أنهم كانوا يسألون الله عز وجل أن يبلغهم رمضان قبل أن يدخل يسألون الله أن يبلغهم شهر رمضان لما يعلمون فيه من الخير العظيم والنفع العميم

Keadaan salaf di bulan Ramadhan, sebagaimana hal itu telah tercatat dalam kitab-kitab yang diriwayatkan dengan sanad yang terpercaya bahwa para salaf senantiasa memohon kepada Allah ‘azza wa jalla agar menyampaikan/mengantarkan mereka sehingga bisa menjumpai Ramadhan, yaitu sebelum masuknya bulan itu.

Mereka meminta kepada Allah supaya mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan, karena mereka mengetahui bahwa di bulan itu terdapat kebaikan yang sangat besar dan kemanfaatan yang begitu luas.

ثم إذا دخل رمضان يسألون الله أن يعينهم على العمل الصالح فيه ثم إذا انتهى رمضان يسألون الله أن يتقبله منهم كما قال الله جل وعلا (وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ)

Kemudian, apabila bulan Ramadhan sudah masuk mereka pun meminta kepada Allah untuk memberikan pertolongan dan bantuan kepada mereka dalam beramal salih di bulan tersebut. Kemudian, apabila Ramadhan usai mereka juga memohon kepada Allah agar menerima amalan mereka itu, sebagaimana Allah jalla wa ‘alla firmankan (yang artinya), “Dan orang-orang yang memberikan apa-apa yang sanggup mereka persembahkan sementara hati mereka itu merasa takut; bagaimanakah kiranya keadaan mereka ketika dikembalikan kepada Rabbnya. Mereka itulah orang yang bersegera dalam kebaikan-kebaikan dan mereka berlomba-lomba untuk meraihnya.” (QS. al-Mu’minun : 60-61)

وكانوا يجتهدون في العمل ثم يصيبهم الهم بعد العمل هل يقبل أو لا يقبل وذلك لعلمهم بعظمة الله عز وجل و علمهم بأن الله لا يقبل إلا ما كان خالصا لوجهه وصوابا على سنة رسوله من الأعمال

Mereka bersungguh-sungguh dalam beramal, kemudian setelah itu mereka dirundung oleh rasa cemas dan khawatir setelah beramal; apakah amalnya itu diterima ataukan tidak. Yang demikian itu dikarenakan mereka sangat mengetahui tentang agungnya kedudukan Allah ‘azza wa jalla dan bahwasanya Allah tidak akan menerima amal kecuali yang ikhlas untuk mencari wajah-Nya dan amalan yang benar sebagaimana tuntunan/sunnah Rasul-Nya.

فكانوا لا يزكون أنفسهم ويخشون من أن تبطل أعمالهم فهم لها أن تقبل أشد منهم تعبا في أدائها لأن الله جل وعلا يقول (إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ) وكانوا يتفرغون في هذا الشهر كما أسلفنا للعبادة ويتقللون من أعمال الدنيا

Oleh karena itu, mereka tidak suka menganggap dirinya suci, bahkan mereka merasa khawatir kalau-kalau amal-amal mereka itu terhapus/tidak diterima. Oleh sebab itulah mereka sangat berharap agar amalnya bisa diterima, dan hal ini jauh lebih membuat letih pikiran mereka daripada sekedar melaksanakannya. Karena sesungguhnya Allah jalla wa ‘ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah hanya akan menerima -amal- dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Ma’idah : 27)

Dan adalah mereka itu dahulu berusaha untuk meluangkan waktunya untuk bisa menikmati ibadah di bulan ini -sebagaimana sudah kami sampaikan- dan mereka pun mengurangi/mempersedikit amal-amal/urusan dunia.

وكانوا يوفرون الوقت للجلوس في بيوت الله عز وجل ويقولون نحفظ صومنا ولا نغتاب أحداً ويحضرون المصاحف ويتدارسون كتاب الله عز وجل كانوا يحفظون أوقاته من الضياع

Adalah mereka -salafus shalih- itu memadati waktu-waktu mereka dengan duduk di rumah-rumah Allah ‘azza wa jalla. Mereka mengatakan, “Kami ingin menjaga puasa kami, kami tidak ingin menggunjing siapa pun.” Dan mereka pun menhadirkan mushaf-mushaf untuk dibaca, dan mereka saling mempelajari kandungan Kitabullah ‘azza wa jalla. Mereka senantiasa berusaha menjaga agar waktunya tidak terbuang sia-sia.

ما كانوا يهملون أو يفرطون كما عليه حال الكثير اليوم بل كانوا يحفظون أوقاته الليل في القيام والنهار بالصيام وتلاوة القرآن وذكر الله وأعمال الخير

Mereka tidak suka membuang-buang waktu dan menyia-nyiakannya sebagaimana keadaan yang ada pada banyak orang di masa sekarang ini. Akan tetapi, mereka -salafus shalih- berusaha menjaga waktu-waktu mereka; malam diisi dengan sholat malam, sedangkan siang hari diisi dengan puasa, membaca al-Qur’an, dzikir kepada Allah, dan berbagai amal kebaikan.

ما كانوا يفرطون في دقيقة منه أو في لحظة منه إلا ويقدمون فيها عملا صالحا

Mereka -salafus shalih- itu tidak mau menyia-nyiakan waktu di bulan Ramadhan itu walaupun sedetik saja atau sekejap, kecuali mereka selalu berusaha untuk bisa mempersembahkan amal salih di dalamnya.

Sumber : http://www.alfawzan.af.org.sa/node/9840

Untuk menyimak fatwa ini silahkan melihat video berikut :


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/cara-salafus-shalih-menyambut-ramadhan/